Rekan-rekan Jelajah Inovasi, perburuan terhadap
tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak terus
berlangsung hingga kini. Target pencarian itu adalah menemukan jenis
tanaman yang gampang dan cepat dibudidayakan serta memiliki kanduangan
gizi yang tinggi untuk menopang pertumbuhan ternak. Saat ini, upaya
eksplorasi kekayaan hayati itu telah sampai pada satu jenis tanaman
bernama indigofera.
Tumbuhan indigofera sudah lama dikenal di Indonesia. Informasi yang
dapat dipercaya mengatakan bahwa Indigofera dibawa ke Indonesia oleh
bangsa Eropa sekitar tahun 1900, dan sekarang terus berkembang secara
luas. Di Wilayah Jawa Barat tanaman yang dikenal dengan nama tarum ini
sudah sejak lama digunakan sebagai pewarna kain, demikian juga halnya di
wilayah pulau Jawa Iainnya.
Pemanfaatan tumbuhan ini sebagai pakan ternak, baik di wilayah Jawa
Barat maupun di wilayah lain di Indonesia baru dipublikasikan pada awal
tahun 2000. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang
kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Perkebunan indigofera yang
pertama di Indonesia adalah di Wonogiri (Jawa Tengah) sebagai salah satu
tanaman yang wajib ditanam disamping kopi, karet, tebu dan teh pada
saat tanam paksa pada tahun 1830 (Anonimous, 2011), jadi jauh sebelum
tahun 1900. Selanjutnya dilaporkan bahwa masyarakat di sekitar Ambarawa,
Jawa Tengah hanya mengetahui bahwa Indigofera baik sebagai tanaman
peneduh kopi dan bisa menyuburkan tanaman kopi.
Jenis-jenis lndigofera dapat tumbuh sampai 1.650 m di atas permukaan
laut, dan tumbuh subur di tanah gembur yang kaya akan bahan organik.
Sebagai tanaman penghasil pewarna, indigofera ditanam di dataran tinggi
dan sebagai tanaman sekunder di tanah sawah. Lahan sebaiknya berdrainase
cukup baik. Jika digunakan sebagai tanaman penutup tanah,
Indigofera arrecta
hanya dapat ditanam di kebun dengan sedikit naungan atau tanpa naungan.
Jenis ini menyenangi iklim yang panas dan lembab dengan curah hujan
tidak kurang dari 1.750 mm/tahun. Tanaman ini mampu bertahan terhadap
pengenangan selama 2 bulan.
Indigofera tinctoria tidak toleran terhadap curah hujan
tinggi dan penggenangan. Dalam keadaan tumbuh secara alami atau liar
jenis-jenis Indigofera dijumpai di tempat-tempat terbuka dengan sinar
matahari penuh, misalnya lahan-lahan terlantar, pinggir jalan, pinggir
sungai, dan padang rumput, kadang-kadang sampai ketinggian 2.000 meter
diatas permukaan laut.
Indigofera sp. sangat balk dimanfaatkan sebagai hijauan
pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%,
kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Leguminosa Indigofera sp. memiliki
kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan
air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al., 2007).
Dengan kandungan protein yang tinggi (26 - 31%) disertai kandungan
serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%)
tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar
maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk
ternak dalam status produksi tinggi (Iaktasi). Karena toleran terhadap
kekeringan, maka Indigofera sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan
iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama
selama musim kemarau.
Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah
berkisar antara 0,6 - 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat
menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tanin ini juga
berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).
Dalam hal kemampuan menghasilkan hijauan pakan,
I. hendecaphylia
dapat menghasilkan 5 ton/ha bahan hijauan setelah berumur 2 bulan dan
25 ton/ha apabila berumur 6 bulan. Setelah dipotong atau digembalai di
padang rumput,
I. schimperi bisa tumbuh kembali dengan cepat.
Spesies ini mengandung protein kasar sekitar 10% pada batangnya sampai
Iebih dari 20% pada daunnya, sedangkan ADF-nya berkisar antara 28%
hingga 36%. Dilaporkan juga bahwa
I. schimperi tidak mengandung racun termasuk indospicine.
Benih Di Lolit Kambing Potong
Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih adalah salah satu institusi
penelitian yang ‘getol’ mengembangkan indigofera sebagai sumber bahan
pakan ternak kambing. Beberapa penelitinya yang dikenal sebagai
pengembang indigofera adalah Rijanto Hutasoit, SP, M.sc dan Andi
Tarigan, SP. Saat ini Lolit Kambing Potong sudah mampu memproduksi benih
indigofera dalam bentuk biji, benih-benih ini telah menyebar ke
berbagai daerah di Indonesia.
Lolit Kambing Potong Sei Putih sendiri menggunakan Indigofera sebagai
sumber bahan pakan murah untuk menunjang ternak kambing. Inovasi pakan
murah berbahan indigofera menjadi penelitian ungulan di Lolit Kambing
Potong ini. Lis (Sumber: Buku Indigofera Sebagai Pakan Ternak,
Balitbangtan)
Sumber : https://tabloidsinartani.com
0 Comments